Home » » Kedudukan Kitab Durratun Nashihin

Kedudukan Kitab Durratun Nashihin


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Ungkapan syukur alhamdulillah marilah kita persembahkan kehadirat Allah Subhanahu wa taala, dan Shalawat dan salam buat junjungan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Baiklah, sahabat blogger semua..

Selamat Berpuasa, semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT, dan semoga nantinya
usai Ramadhan, moga2 kita menjadi orang2 yang bertakwa.
Amiin.

Sahabat, melihat perkembangan Islam saat sekarang ini, telah banyak terjadi kesalahan-kesalahan, kekeliruan, kebingungan, perpecahan yang tak kunjung habisnya.
Sehingga yang muncul adalah konflik disana sini dan sebagainya.
Dan setiap konflik yang terjadi, pihak-pihak yang terlibat saling mengklaim kebenaran.
Nah, dari sinilah saya bermaksud untuk mencoba meluruskan kembali mana kebenaran yang sesungguhnya, berdasarkan Al-Quran, Hadits dan Pemahaman para Shahabat, Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in. Itulah Ahlus Sunnah wal jamaah, pemahaman Islam yang benar dalam Manhaj Shalafush Shalih.
Berbicara tentang kitab2 yang menjadi pegangan kita dalam beramal dan ber, haruslah kitab2 yang telah diakui kebenarannya, benar dalil-dalilnya, benar sumber dan sanadnya. dan tidak bertentangan dengan Nash-nash yang shahih.
Sebab kalau bertentangan, maka kitab-kitab tersebut..tidak bisa dijadikan pegangan dan pedoman dalam Islam.

Sebagai contohnya adalah "Kitab Kitab Durratun Nashihin" karya Syaikh ‘Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-Khubari.

Di masyarakat kita, kitab ini cukup populer, menjadi pegangan dalam pengutipan hadits dalam ceramah-ceramah. Bahkan, kitab ini merupakan salah satu kitab favorit di sejumlah pesantren. Tak hanya di Indonesia, kitab ini juga populer di Malaysia, Turki, dan India. Kitab yang ditulis oleh Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir al-Khaubawiyyi (ada yang menyebut al-Khubawi atau al-Khubuwi, wafat pada 1824 M) ini nama lengkapnya adalah Durratun Nashihin fi Al-Wa'zhi wa al-Irsyad. Kitab ini ditulis sekitar abad ke-13 hijriah.

nah.. Bagaimana pula sebenarnya mengenai kedudukan Kitab ini, apakah dapat dijadikan dalil atau pegangan bagi seorang muslim??
Untuk menjelaskan hal ini, saya akan kutipkan pernyataan Syaikhul Islam, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz, fatwa asli dalam bahaasa Arab :
كتاب درة الناصحين

قرأت في كتاب درة الناصحين في الوعظ والإرشاد لعالم من علماء القرن التاسع الهجري اسمه: عثمان بن حسن بن أحمد الخوبري قرأت ما نصه: عن جعفر بن محمد عن أبيه عن جده أنه قال: إن الله تعالى نظر إلى جوهرة فصارت حمراء، لم نظر إليها ثانية فذابت وارتعدت من هيبة ربها، ثم نظر إليها ثالثة فصارت ماء، ثم نظر إليها رابعة فجمد نصفها فخلق من النصف العرش ومن النصف الماء، ثم تركه على حاله ومن ثم يرتعد إلى يوم القيامة.
وعن علي رضي الله عنه أن الذين يحملون العرش أربعة ملائكة لكل ملك أربعة وجوه أقدامهم في الصخرة التي تحت الأرض السابعة مسيرة خمسمائة عام. أرجو الإفادة؟
هذا الكتاب لا يعتمد عليه، وهو يشتمل على أحاديث موضوعة وأحاديث ضعيفة لا يعتمد عليها ومنها
هذان الحديثان فإنهما لا أصل لهما، بل هما حديثان موضوعان مكذوبان على النبي صلى الله عليه وسلم فلا ينبغي أن يعتمد على هذا الكتاب وما أشبهه من الكتب التي تجمع الغث والسمين والموضوع والضعيف، فإن أحاديث الرسول عليه الصلاة والسلام قد خدمها العلماء من أئمة السنة وبينوا صحيحها من سقيمها، فينبغي للمؤمن أن يقتني الكتب الجيدة المفيدة مثل الصحيحين، وكتب السنن الأربع، ومنتقى الأخبار لابن تيمية، ورياض الصالحين للنووي، وبلوغ المرام للحافظ ابن حجر، وعمدة الحديث للحافظ عبد الغني بن عبد الواحد المقدسي، وأمثالها من الكتب المفيدة المعتمدة عند أهل العلم.
مجموع فتاوى و مقالات متنوعة الجزء السادس
http://www.binbaz.org.sa/mat/390

“Kitab ini tidak bisa dijadikan pegangan. (Sebab) berisi hadits-hadits maudhu (palsu) dan lemah yang tidak bisa dijadikan sandaran, sehingga tidak sepatutnya buku ini dijadikan sandaran dan kitab-kitab serupa lainnya yang berisi hadits palsu dan lemah. Hal ini karena hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapatkan perhatian penuh dari para imam-imam (ahli) Sunnah. Mereka telah menjelaskan dan memilah hadits-hadits shahih dan yang tidak shahih. Maka, sudah seharusnya seorang mukmin memiliki kitab-kitab yang baik dan bermanfaat (saja), seperti Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, Sunan Arba’ah. Mumtaqa al-Akhbar karya Majdudin Ibnu Taimiyah rahimahullah dan kitab Riyadhus Shalihin karya Iman an Nawawi rahimahullah, Bulughul Marom, dan ‘Umdatul Hadits. Kitab-kitab (hadits) ini bermanfaat bagi seorang Mukmin. Kitab-kitab ini jauh dari hadits-hadits palsu dan dusta. Tentang hadits-hadits lemah yang ada di kitab Sunan, Riyadhus Shalihin atau Bulughul Marom, para penulisnya telah menjelaskan dan menyampaikan hukumnya. Hadits-hadits yang lemah yang belum dijelaskan penulis kitab-kitab tersebut, telah dipaparkan dan ditunjukkan oleh para ulama lainnya dalam kitab-kitab syarah yang menjelaskan kitab-kitab tersebut. Demikian juga dijelaskan oleh para ulama dalam karya mereka (secara khusus) tentang hadits-hadits palsu dan lemah." (Fatawa Nur ‘ala ad-Darb,1/80-81)


Berdasarkan fatwa dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz di atas, dapat kita ketahui bahwa Kitab ini tidak bisa dijadikan sandaran. Di dalamnya memuat hadits-hadits palsu dan hal-hal lain yang keliru, yang tidak bisa dijadikan sebagai rujukan. Tidak sepantasnya bersandar kepada kitab semacam ini dan kitab serupa lainnya, yang memuat apa saja tanpa seleksi, hadits palsu dan lemah.

Sesungguhya hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah mendapat perhatian penuh dari para ulama, ahli-ahli hadits, para muhadditsin, tokoh-tokoh ahlussunnah wal jamaah. Mereka telah menjelaskan dengan sangat detail mana hadits yang shahih, mana hadits yang dhaif (lemah) dan mana hadits yang palsu (maudhu'). yang lemah.

Seharusnya seorang mukmin memiliki kitab-kitab yang baik lagi bermanfaat, seperti Shahihain (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim), kitab sunan yang empat (Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, Sunan An Nasa’i, Sunan Ibnu Majah), Muntaqa al Akhbar karya Majd Ibnu Taimiyah, dan Riyadhush Shalihin karya Imam an-Nawawi. Inilah kitab yang bermanfaat. Contoh lainnya, Bulughul Maram karya Ibnu Hajar al Asqalani dan Umdatul hadits.

Kitab-kitab inilah (Shahihain, Kitab Sunan yang empat, Riadhus Shalihin, Bulughul Maram) akan menjadi sumber yang bermanfaat bagi seorang mukmin, sebab terlepas dari hadits-hadits palsu dan dusta. Adapun hadits lemah yang ada di dalam kitab-kitab sunan atau Riyadhush Shalihin atau Bulughul Maram, para penulisnya telah menjelaskan bagaimana derajat hadits-hadits lemah yang ada dalam kitab mereka tsb. Apabila belum dijelaskan oleh para penulisnya, maka para ulama telah memperingatkannya dalam kitab-kitab yang menjelaskan makna hadits, dan dalam kitab-kitab khusus tentang hadits-hadits palsu dan lemah. Misal, Dalam Kitab al-Maudhu’at karya Imam Ibnul Jauzi, Kitab al-Fawaid al-Majmu’ah karya Imam Syaukani, Silsilah al-aHadits adh-Dhai’ifa wal Maudhu’ah karya Syaikh al Albani dan lain-lain. Buku-buku ini ditulis dalam rangka memperingatkan umat dari hadits-hadits palsu dan lemah agar tidak diamalkan.
Karena Menyebarkan hadits palsu termasuk berdusta atas nama nabi Shallallahu alaihi wasallam
” مَنْ كَذَبَ عَليَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَبَوأ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ ”
“Barangsiapa yang berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendaklah dia mengambil tempat tinggalnya di neraka.” (diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan lainnya).
Kalau menurut el-Faraby World's,"Selagi ada yang shahih, ngapain pilih yang dhaif, apalagi yang palsu".
Sumber: Majalah as Sunnah Vol.7 Edisi 11/Thn XIV/Rabiul Tsani 1432H/Maret 2011M Hal.7

Untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai "Kitab Durratun Nashihin" ini, silakan kunjungi Link berikut ini :
http://abunamira.wordpress.com/2011/06/26/kitab-durrotun-nashihin-tidak-dapat-dipertanggung-jawabkan/
Share this video :

0 comments:

Post a Comment

 
Lembaga : BAAK | UPT. Puskom | e-Journal UNP
Copyright © 2013. Kajian UNP - All Rights Reserved
Template by Maskolis.Com